A. Pengertian Bahan Ajar
Menurut Gafur (2004) bahan ajar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Bahan ajar tersebut berisi materi pelajaran yang harus dikuasai oleh guru dan disampaikan kepada siswa. Sedangkan menurut Mulyasa (2006), bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

Mulyasa (2006) juga menjelaskan bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber belajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang diniatkan secara khusus maupun bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Dengan kata lain bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik sehingga menyediakan bimbingan bagi peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada peserta didik secara individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri karena sistematis dan lengkap (Panen dan Purwanto, 2004).

B. Macam-macam Pengembangan Bahan Ajar
Menurut Suparman (2004), ada tiga macam pengembangan bahan instruksional, yaitu pengembangan bahan belajar mandiri, pengembangan bahan pengajaran konvensional dan pengembangan bahan model Pengajar, Bahan dan Siswa (PBS). 
1. Pengembangan Bahan Belajar Mandiri
Bahan belajar mandiri dikembangkan bila dalam pelaksanaan kegiatan instruksional mahasiswa belajar secara mandiri tanpa tergantung kepada kehadiran pengajar. Bahan instruksional tersebut adalah gurunya. Bahan belajar mandiri mempunyai empat ciri pokok, yaitu:
a.    Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam bahan itu jelas sehingga tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sumber lain;
b.    Dapat dipelajari oleh mahasiswa sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Dalam bahan tersebut telah terdapat petunjuk kapan mahasiswa boleh terus maju ke bagian berikutnya dan kapan harus mengulang mempelajari bahan belajar yang sama atau bahan yang lain. Mahasiswa yang mampu belajar dengan cepat dapat maju terus tanpa perlu menunggu mahasiswa lain yang lebih lambat. Sebaliknya mahasiswa yang lambat tidak perlu merasa tertinggal dan memburu kecepatan mahasiswa yang lebih cepat;
c.    Dapat dipelajari oleh mahasiswa menurut wktu dan tempat yang dipilihnya;
d.   Mampu membuat mahasiswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar, seperti mengerjakan latihan, tes atau kegiatan praktik. Mahasiswa belajar  tidak sekedar membaca buku, mendengarkan kaset audio/radio, melihat program video atau televisi. 
Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, pendesain instruksional dengan bantuan strategi instruksional melakukan langkah-langkah berikut ini:
a.    Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan tersedia di lapangan dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi instruksional. Bahan-bahan tersebut berbentuk buku, bab tertentu dalam buku, dan program media udiovisual;
b.    Mengadaptasikan bahan instruksional tersebut ke dalam bentuk bahan belajar mandiri dengan mengikuti startegi instruksional yang telah disusun sebelumnya. Bila ternyata tidak ada yang sesuai, pengembang instruksional harus mulai menulis bahan belajar sendiri;
c.    Meneliti kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut dengan strategi instruksional;
d.   Meneliti kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi tiga hal sebagai berikut:
1)     Bahasa yang sederhana dan relevan
Sedapat mungkin modul yang dikembangkan menggunakan bahasa yang mudah dan konsisten dengan terminologi yang biasa digunakan dalam bidang pengetahuan yang bersangkutan.
2)        Bahasa yang komunikatif
Bahasa yang digunakan dalam modul disusun dengan bahasa yang mencerminkan pembicaraan langsung dari seorang pengajar atau pelatih kepada seorang mahasiswa yang membacanya atau mendengarnya.
3)        Desain fisik
Desain fisik dari suatu modul, khususnya yang berbentuk media cetak, harus artistik, rapi, menarik dan diketik dengan jelas serta tidak terlalu rapat. Sedangkan desain fisik yang noncetak harus jelas bila didengar atau dilihat gambarnya, baik kualitas bahan bakunya, pengemasannya maupun kemudahan dalam menyimpannya. 
2. Pengembangan Bahan  Pengajaran Konvensional
Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya karena yang menjadi poin pokok kegiatan instruksional ini adalah pengajar dan bahan-bahan pengajaran. Pengajar menyajikan isi pelajaran dengan urutan, metode dan waktu yang telah ditentukan dalam strategi instruksional. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam mengembangkan bahan pengajaran konvensional:
a.    Menulis deskripsi singkat isi pelajaran tersebut yang disimpulkan dari seluruh subkomponen  D(Deskripsi Singkat) pada strategi instruksional untuk seluruh TIK;
b.    Menulis topik dan jadwal pelajaran yang diangkat dari setiap subkomponen D dan waktu yang dibutuhkan pengajar pada strategi instruksional;
c.    Menyusun tugas dan jadwal penyelesaiannya yang diharpakan dilakukan mahasiswa. Daftar tersebut meliputi seluruh Latihan (L) yang terdapat dalam strategi instruksional;
d.   Menyusun cara pemberian nilai hasil pelaksanaan tugas dan tes.

C. Pengembangan Bahan PBS
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengembangan bahan PBS, yaitu:
1.    Memilih dan mengumpulkan bahan instruksional yang kebetulan tersedia di lapangan dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi instruksional. Bahan tersebut berbentuk media cetak dan audiovisual;
2.    Menyusun bahan tersebut sesuai dengan urutan pada U (Uraian) yang terdapat dalam strategi instruksional;
3.    Mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak diperoleh dari lapangan untuk ditutup dengan penyajian pengajar;
4.    Menyusun  program pengajaran;
5.    Menyusun petunjuk cara menggunakan bahan instruksional yang dibagikan kepada  mahasiswa.
a.  Menyusun bahan lain yang berupa transparansi, gambar, bagan dan lain-lain

D. Penyusunan Bahan Ajar
Prosedur Pengembangan Bahan Ajar. Ada beberapa langkah dalam mengembangkan bahan ajar yaitu:
1.    Menganalisis kebutuhan instruksional yang menghasilkan perilaku-perilaku umum yang dibuat dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU);
2.    Menganalisis tujuan instruksional dengan menjabarkan perilaku-perilaku umum dari TIU menjadi perilaku-perilaku khusus yang menghasilkan perilaku-perilaku yang diharapkan dimiliki oleh siswa;
3.    Menganalisis karakteristik siswa dan lingkungan menghasilkan perilaku-perilaku khusus yang sudah dimiliki oleh siswa;
4.    Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang diperoleh dari perilaku-perilaku khusus yang diharapkan dan perilaku-perilaku khusus yang sudah dimiliki siswa.

E. Penyusunan Pengembangan Bahan Ajar
Untuk membantu dalam penyampaian materi pembelajaran, perancang menggunakan bahan instruksional yang diambil dari beberapa  buku paket Bahasa Indonesia kelas IX (sembilan) yang sudah dijadikan dalam kumpulan bahan ajar (sejenis diktat) pengajaran dengan kerangka kerja sebagai berikut.

Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester          : IX / II
Alokasi Waktu            : 6 x 40 menit ( 3 x pertemuan )
Kompetensi Dasar       : 12.1 Menulis karya tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumber.

Karya Tulis Imiah
Menyampaikan buah pemikiran kepada orang lain dapat  dilakukan melalui berbagai cara, baik secara lisan maupun tertulis. Baik penyampaian secara lisan maupun tertulis,  keduanya memerlukan latihan agar gagasan yang ingin kita   sampaikan dapat dengan mudah dipahami orang lain.  Salah satu bentuk penyampaian gagasan secara tertulis  adalah dengan menyusun karya tulis, atau karya ilmiah. Biasanya,  baik karya tulis maupun karya ilmiah didahului dengan kegiatan penelitian. Namun demikian, pada pembelajaran ini kalian akan  diminta berlatih menyusun karya tulis sederhana tanpa   melakukan penelitian. Kalian cukup mencari bahan dari pustaka  atau buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah maupun  koleksi pribadi.   
Berikut ini beberapa langkah yang dapat kalian ikuti sebagai   bentuk bimbingan menyusun karya tulis sederhana.
1. Menentukan Topik
Topik adalah permasalahan pokok yang akan dibahas dalam    karya tulis. Topik ini erguna sebagai pengendali agar apa yang disampaikan dalam karya tulis lebih fokus atau lebih terarah. Pemilihan topik harus tepat, menarik, dan bermanfaat baik bagi   penyusun maupun pembaca. Pada bagian pendahuluan karya    tulis harus diuraikan alasan pemilihan topik tersebut. Kalian dapat melakukan pembatasan topik agar tidak terlalu luas pembahasannya.
Misalnya :
Topik : Lingkungan
Pembatasan topik : Penghijauan di lingkungan sekolah
2. Pengumpulan Sumber Bahan/Pustaka
Sumber bahan penyusunan karya tulis bisa diperoleh melalui  berbagai macam, antara lain: penelitian, wawancara, tes, dokumentasi maupun  melalui membaca buku rujukan seperti buku dan media cetak lainnya.
3. Merancang Sistematika
Agar mudah dipahami oleh pembaca, karya tulis disusun dengan sebuah sistematika. Berbeda dengan karya tulis lanjutan, kali ini kalian hanya diminta menyusun karya tulis sederhana.  Secara  sederhana, karya tulis memiliki sistematika sebagai berikut.
I.     Pendahuluan
II.   Isi
III.  Penutup
4. Mengembangkan Sistematika
Setelah bahan penulisan karya tulis telah lengkap dan   sistematika telah dibuat, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan kerangka menjadi karya tulis sederhana.  Penguraian pada masing-masing bab sebagai berikut.


Bab I Pendahuluan
(Uraikan latar belakang atau alasan pemilihan topik atau pemilihan judul, tuliskan permasalahannya, lalu  kemukakan tujuan penulisan karya tulis dan  manfaat dari karya tulis tersebut).
Bab II Isi / Pembahasan
(Uraikan pembahasan terhadap topik yang dipilih berdasarkan   sumber bahan yang                 diperoleh dari buku-buku rujukan sejelas mungkin).
Bab III Penutup
(Sampaikan simpulan dari pembahasan yang sudah disampaikan pada bagian sebelumnya kemudian sampaikan juga saran terhadap topik yang dibahas dalam karya tulis).
5. Penulisan Daftar Pustaka
Sebagai bentuk pertanggungjawaban kalian dalam mengutip atau mengambil informasi dari buku rujukan tersebut adalah  dengan mencantumkan sumber bahan tersebut dalam daftar  pustaka. Lazimnya, daftar pustaka memuat judul buku, nama penyusun, tahun penerbitan, nama penerbit dan kota tempatpenerbitan. Adapun, urutan penulisannya yang lazim adalah: nama penyusun, tahun penerbitan, judul buku, kota tempat    penerbitan, dan nama penerbit.
Contoh :
Judul buku : Menanam Mangrove, tahun terbit : 1988, nama penyusun: Bambang Purwadi
Nama penerbit : CV Setia Hati, Kota penerbitan: Semarang.
Penulisan daftar pustakanya adalah :
Purwadi, Bambang. 1988. Menanam Mangrove. Semarang: CV Setia Hati.
6. Contoh Karya Tulis Ilmiah
Tiga contoh karya tulis ilmiah: makalah, penelitian, dan artikel (terlampir).
7. Pengembangan Kerangka Tulisan
Judul: Bahaya Narkoba Bagi Generasi Muda
 

Diposting oleh Rahmawati Blog on Senin, 25 Juni 2012

1 Responses to PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

  1. Unknown Says:
  2. permisi mw tanya sumber "Bahan Belajar Mandiri dari mana y?
    trimakasih

     

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Selamat Datang

Selamat datang di Blog Kontemplatif Cendekia, media yang mengajak Anda untuk sejenak merenung dan menjadi lebih bijak dalam melangkah.

Jam dan Tanggal

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Visitors

free counters

About Me

Foto Saya
Rahmawati Blog
Lihat profil lengkapku